-->

BALI

Ubud, set amongst beautiful scenery, abounds with art galleries and studios. European painters settled here in the 1930s and again in the 1960s and had profound effect on the traditional artistic style. Music and dance troupes also perform here.

NAMO KARANG

Namo Karang objek wisata yang terletak di Kidupen kecamatan juhar kabupaten karo selain tempat permandian air jernih pengujung juga disuguhi pemandangan sawah yang luas nan indah

TAMAN SIMALEM

Taman simalem Sumatra utara di perbukitan Danau toba selain udara segar juga menawarkan beragam kegiatan dan akomodasi mulai dari perkemahan sampai penginapan sekelas bintang 5 dengan pemandangan danau yang luas.

PERMANDIAN AIR PANAS LAU DEBUK DEBUK

selain memberi kesegaran permandian ini juga menyembuhkan penyakit kulit serta sering dibuat sebagai pengganti mandi sauna dikarenakan air nya mengandung belerang

BERASTAGI

Kota Berastagi di kabupaten karo memiliki nilai eksotis selain suhu udara sejuk dan tanah yang subur kota ini juga terkenal dengan tanaman hiasnya dan beberapa festival seperti pesta bunga dan buah serta festival kebudayaan.

Sabtu, 25 September 2010

Kehidupan...

Kita hidup dan merasakan diri kita hidup dengan indera kita, merasakan tubuh kita, pikiran kita. Padahal dahulu kita tidak merasakannya, atau mungkin kita lupa? Sejak kapan kita merasakan atau menyadari bahwa kita hidup dan dahulu kita tidak hidup?
Setiap manusia baik laki-laki atau perempuan ketika dilahirkan dalam keadaan normal akan menangis dengan keras, apakah itu menandakan bahwa kehidupan yang akan dilaluinya penuh dengan penderitaan, kesusahan atau ujian sehingga dia harus menangis dengan keras ketika lahir ke dunia.
Apakah seseorang memilih akan dilahirkan oleh siapa, dimana, kapan, dan bagaimana? Suatu hari tiba-tiba saja dia merasakan bahwa dia hidup seperti apa. Seseorang bisa saja lahir di lingkungan keluarga yang baik, sejahtera, atau kaya raya, beradab baik atau berpendidikan tinggi, di negara yang damai makmur atau kaya dan maju, namun bisa juga seseorang lahir dalam situasi yang susah, miskin, konflik dan lain sebagainya.
Akan tetapi ada hal yang sama pada saat setiap orang dilahirkan yaitu bahwa dia dalam keadaan lemah, tidak mampu berbuat banyak dan tidak mengetahui macam-macam, dia membutuhkan bantuan untuk hidup. Pada umumnya kedua orang tuanya lah yang membantunya untuk hidup, memenuhi kebutuhannya, mendidiknya hingga ia bisa mandiri. Betapa besar jasa keduanya yang dilandasi dengan cinta yang besar.
Beberapa tahun tumbuh dalam asuhan keluarga dengan cinta yang tulus, seseorang mulai merasakan kehidupan, belajar dari lingkungannya dan berkembang sesuai arus yang membawanya. Banyak orang merasakan kesenangan dalam masa kecilnya, bermain, bercanda, bersuka-ria, tidak memikirkan terlalu banyak hal yang rumit. Mungkin terkadang ia ingin cepat dewasa karena beberapa hal namun ketika telah dewasa terkadang ia ingin kembali ke masa kecilnya.
Memasuki masa remaja pada umumnya seseorang merasakan dan mengenal lebih banyak hal. Dia mungkin mulai lebih memperhatikan dirinya dan orang lain, merasakan kehidupan sosial, mulai merasa tertarik pada lawan jenisnya, lebih kuat dalam pertemanan, persahabatan, dan kelompok, atau hal-hal lain. Pada masa ini mungkin seseorang dapat mudah terbawa arus sosial dari pergaulan lingkungan kehidupannya misalnya. Dengan semangat tinggi dia dapat melakukan berbagai macam hal namun terkadang dia tak menyadari kurangnya pengetahuan dan pengalamannya sehingga sering terburu-buru dan tidak berpikir panjang. Namun bimbingan dan pendidikan yang baik tentu dapat mengatasi hal ini.
Ketika manusia memasuki masa dimana ia harus bisa hidup mandiri, mungkin kehidupanya menjadi lebih rumit. Dia bisa memikirkan kehidupannya, bagaimana dia mencukupi kebutuhannya, dan kebutuhan untuk hidup berkeluarga. Mungkin mempunyai anak menjadikan dia memikirkan kehidupan anaknya dan masa depannya kemudian berusaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Kita dapat melihat kehidupan seseorang setelah tua, ada yang hidup bersama keluarganya ada pula yang sendiri. Seseorang yang telah tua mungkin beristirahat dari pekerjaanya dan menggunakan hasil pekerjaanya dahulu untuk memenuhi kehidupannya. Ada juga yang tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhannya. Atau ada juga yang kebutuhannya ditanggung oleh anak atau keluarganya. Ada juga yang tinggal di panti jompo bersama teman-teman seusianya lalu sesekali keluarganya menjenguknya. Lalu suatu hari, mau tidak mau kematian akan datang menjemputnya.
Itu mungkin gambaran kehidupan sederhana seorang manusia yang sampai usia tuanya, walaupun banyak juga anak-anak atau pemuda yang mati, mereka tidak hidup sampai lanjut usia. Tentu kehidupan bisa lebih rumit, baik masalah-masalah pribadi, keluarga atau sosial bisa hadir dalam setiap masa kehidupan itu.
Di samping itu, setiap manusia mempunyai urusan masing-masing sesuai bidang kehidupan tertentu dan itu pun bisa berubah-ubah dari awal sampai akhir hidupnya. Misalnya urusan sesuai bidang pekerjaan atau bisnisnya masing-masing, urusan bidang agama, keyakinan, atau kelompok-kelompoknya, urusan bidang sosial, kemanusiaan, kenegaraan / kebangsaan / politik, urusan bidang ilmu pengetahuan, lingkungan hidup, urusan bidang seni / budaya / olah-raga, atau sekedar urusan hobi / kesukaan masing-masing, dll.
Apa rasa kehidupan? setiap orang mungkin pernah merasakan suka, duka, senang, sedih, gembira, susah, bahagia, menderita, tawa, tangis, ceria, nestapa, haru, bosan, malas, cinta, semangat, rindu, sepi, takut, khawatir, marah, patah hati, kecewa, malu, putus asa, pesimis, optimis, penuh harap. Ataukah ada yang hidupnya selalu sedih, atau selalu senang? Apakah setiap manusia ingin hidup bahagia? Lalu bagaimanakah hidup yang bahagia itu? Apakah nikmat yang tertinggi di dunia?
Apakah tujuan kehidupan manusia di dunia itu? Apakah harta yang banyak sehingga dapat melakukan berbagai hal yang diinginkan? Atau kekuasaan yang tinggi, kekuatan dan keberanian? Mengabdi kepada bangsa dan negara? Atau hidup damai sejahtera terpenuhi segala kebutuhannya sampai tua? Atau popularitas, terkenal dan disanjung-sanjung oleh manusia karena kebaikannya yang sangat banyak semasa hidupnya? Mempunyai keluarga dan teman-teman yang baik terhadap dirinya? Atau mempunyai pengikut yang banyak, kuat dan setia? Atau hidup normal, baik dan bermanfaat bagi yang lain?

Mendapatkan cinta dari orang yang dicintainya? Atau mendapatkan kebenaran dan ilmu pengetahuan yang kokoh? Melakukan kebaikan sebanyak-banyaknya agar kehidupan berikutnya menjadi lebih baik? Atau untuk beribadah / mengabdi kepada Tuhan semesta alam? Atau tujuan yang lain? Manakah yang benar dan menghasilkan kebahagiaan bagi yang memilikinya? Setiap tujuan tentu memiliki konsekuensi masing-masing, jalan-jalan untuk mencapainya, dan halangan, rintangan, hambatan, serta cobaan yang siap menghadang.
Setiap orang tentu menginginkan kebaikan, minimal untuk dirinya sendiri dan tentu ingin memiliki sifat baik. Coba, apakah seseorang senang jika disebut sebagai orang baik atau memiliki sifat-sifat yang baik, apakah dia senang jika disebut sebagai orang jahat atau memiliki sifat-sifat yang buruk?
Mungkin berikut adalah beberapa sifat baik yang kita berusaha atau ingin memilikinya: Baik hati, rendah hati, lemah lembut, santun, sopan, tenang, bijaksana, tutur katanya baik, tidak pamer, rajin, tekun, ulet, semangat, percaya diri, pintar, pandai, cerdik, mahir, kuat, tegas, berani, optimis, lapang dada, sabar, waspada, mawas diri, tegar, teguh, tabah, pemaaf, penyayang, suka menolong, dermawan, pengertian, perhatian, peduli, jujur, adil, setia, terpercaya, giat bekerja, pekerja keras, jeli, teliti, taat, patuh, tertib, disiplin, mau belajar dan memperbaiki diri, dan lain sebagainya. Mungkin dengan sifat-sifat itu kita akan mendapatkan kebahagiaan, tujuan hidup yang benar, dan kebaikan kehidupan.
Bagaimanapun kehidupan adalah anugerah yang sedang kita jalani, kita mungkin telah banyak merasakan banyak hal dalam kehidupan dan itu dapat menjadi pelajaran berharga, namun mungkin juga masih banyak hal penting dalam kehidupan yang perlu kita pelajari jika kita menginginkan kehidupan yang lebih baik.

Senin, 13 September 2010

Renungan

Sejenak mari kita berjalan mundur, kembali ke 6 tahun yang lalu. Dari tahun 2004 sampai saat ini, berapa banyak kah peristiwa yang dapat tersimpan dan berkesan bagi Anda. Berapa banyak kenangan yang tersimpan di album hati Anda?
Ok, kita tutup lembaran lama itu. Tidak baik berlama-lama dimasa lalu. Karena waktu geraknya selalu maju.
Sepuluh tahun dari sekarang. Apa yang akan anda ingat tentang HARI INI…? Apakah pakaian yang anda pakai, atau yang anda santap saat makan siang, atau yang anda tonton nanti malam? Mungkin tidak satupun dari itu.
Adakah sesuatu dari HARI INI yang akan anda ingat? ataukah semuanya hanya akan jadi rangkaian kabur deretan hari setelah satu dua minggu seperti deretan tahun-tahun yang lalu.
Pikirkan hal-hal yang dapat anda kerjakan SEKARANG, sehingga anda dapat memiliki kenangan akan HARI INI. Hal yang anda akan ingat dengan bangga karena anda telah mengerjakannya.
Ada orang yang dengan mereka anda bisa mencapai sesuatu.
Ada tujuan yang bisa anda rintis hari ini.
Ada masalah yang bisa anda selesaikan hari ini.
Ada kebaikan yang anda bisa berikan pada orang lain hari ini
Ada hal baru yang bisa anda pelajari hari ini.
Ada kesempatan yang dapat anda nikmati hari ini.
Apakah anda akan mengingat hari ini, dalam sepuluh tahun ke depan..? Mungkin tidak. Tetapi bayangkan betapa berartinya hidup anda, bila anda mencoba membuat setiap hari anda memiliki suatu kenangan.
Semoga sukses bersama saya dan Anda…. Amin

Anda dan pertarungan hidup..

Apapun yang Anda perjuangkan melalui pertarungan – pasti merupakan sesuatu yang penting bagi Anda. Itu sebabnya Anda dikenal dari apa yang Anda pertarungkan.
Dalam hidup Anda sering menghadapi pertarungan. Berbagai macam pertarungan telah Anda lewati bukan? Mulai dari Anda mencari pacar, jodoh, mencari pekerjaan, mempertahankan prestasi di depan supervisor Anda … semuanya adalah pertarungan yang membutuhkan talenta Anda di dalamnya.
Sayangnya tidak semua orang bisa memilah dan memilih, mana-mana pertarungan yang mengharuskan kita untuk terjun di dalamnya atau justru kita hindari.
Hal-hal sepele (peanut) yang tidak penting, yang membuat nyali tarung Anda menggelora dan memaksa Anda untuk bertarung dengan orang lain menunjukkan dengan sesungguhnya bahwa SEPELE lah dan kecillah Anda.
Lain halnya jika yang Anda pertarungkan hal-hal yang SANGAT BAIK dan BERNILAI, maka begitulah orang lain akan menganggap Anda.
Hidup memang harus memilih, demikian juga dengan ‘pertarungan’ dalam kehidupan Anda. Oleh karenanya, janganlah membuang setiap detik dari waktu Anda untuk bertarung dengan hal-hal yang sepele. Naikkanlah KELAS Anda dengan hanya bertarung pada hal-hal yang BERNILAI dan BERGUNA paling tidak untuk diri Anda sendiri dan untuk selanjutnya bagi yang lainnya.
Akhirnya saya harus katakan bahwa: YOU ARE STRONGER THAN YOU THINK YOU ARE

YAKINLAH PASTI BISA

Ingatlah ketika Anda masih kecil, dan mencoba belajar berjalan. saya yakin anda mengalaminya
Pertama Anda harus belajar untuk berdiri: sebuah proses yang melibatkan seluruh tubuh, jatuh lalu kembali berdiri. Anda kadang tertawa serta tersenyum, tapi dilain waktu anda menangis dan meringis karena sakit. Entah, seperti ada tekad dan keyakinan dalam diri Anda bahwa Anda akan berhasil, apa pun dan bagaimanapun. Anda punya motivasi dalam diri Anda
Setelah banyak berlatih akhirnya Anda mengerti bagaimana keseimbangan diri Anda, sebuah persyaratan untuk kejenjang berikutnya. Anda menikmatinya dan seolah-olah punya kekuatan baru, punya motivasi baru. Anda akan berdiri dimana Anda suka – di tempat Anda, di sofa, di pangkuan ibu Anda, Bapak anda, atau pun seseorang. Itu adalah waktu yang menggembirakan – Anda melakukannya! Anda dapat mengontrol diri Anda. Anda tersenyum dan tertawa lucu, puas akan keberhasilan Anda. Sekarang – langkah berikutnya – berjalan. Anda melihat orang lain melakukannya – ini keliatannya tidak terlalu sulit – hanya memindahkan kaki Anda saat Anda berdiri, kan?
Salah – ternyata lebih kompleks daripada yang Anda bayangkan. Anda berurusan dengan rasa frustasi. Tapi Anda terus mencoba, mencoba lagi dan mencoba lagi dan lagi sampai Anda tahu bagaimana berjalan. Anda selalu ingin kedua tangan anda diberi pegangan saat berjalan.
Jika orang melihat Anda berjalan, mereka akan bertepuk tangan, mereka tertawa, mereka akan memberi semangat, “Ya Tuhan, lihatlah apa yang dia lakukan”. “Oh anakku sudah bisa berdiri”. “pandainya anakku, pintarnya anakku” dan lain-lain. Dorongan ini memicu Anda; dorongan itu menambah rasa percaya diri Anda. Dorongan itu memotivasi Anda
Namun meski begitu, Andapun mencoba berjalan saat tak ada yang melihat Anda, saat tak ada yang bersorak-sorai? Setiap peluang ada, Anda berlatih untuk berjalan. Anda tidak bisa menunggu seseorang untuk memotivasi Anda untuk mengambil langkah-langkah berikutnya. Anda belajar bagaimana untuk memotivasi diri sendiri.
Jika kita bisa mengingat hal ini tentang diri kita di hari ini.
Ingat bahwa kita bisa melakukan apapun yang kita pikiran. Kita mampu mengatur jika kita mau dan bersedia melewati proses, seperti ketika kita belajar berdiri, seperti ketika kita belajar berjalan. Kita tidak perlu menunggu orang lain untuk memotivasi kita, kita perlu memotivasi diri kita sendiri.
Jika Anda sudah lupa bagaimana melakukan hal ini, atau merasa seperti beku, kaku dan gamang. Maka Anda membutuhkan motivasi, ambillah kembali perjalanan singkat dalam hidup Anda yang telah lewat – Lihatlah prestasi Anda, tidak peduli prestasi besar atau prestasi kecil – atau saat-saat dimana Anda bertemu dengan tantangan dan menemukan cara untuk berhasil. Ulanglah keberhasilan itu saat ini, saat anda menghadapi permasalahan yang sedang anda hadapi.
Fokus pada semua hal yang Anda pikir Anda tidak bisa lakukan, kemudian lakukanlah. Lihatlah buah hati anda. Mereka tidak pernah menyerah. Dan mereka yakin serta percaya terhadap anda, bahwa anda mampu dan bisa. Mereka percaya di dalam semua kehidupan Anda!
Sekarang Anda harus percaya pada diri Anda! Yakinkan pada hati Anda Bahwa Anda pasti bisa.
“Ingat, hari ini adalah hari terbaik dalam hidup Anda, milikilah masa depan yang indah, dengan membuat perubahan hari ini!

Cerita Cehidupan.......

Seorang ibu berprofesi sebagai peminta-minta yang berada di sudut lampu merah itu menggendong anaknya yang masih kecil, berjalan mendekati seorang pedagang makanan keliling. Dengan beberapa ratus rupiah sebuah bungkus permen itu berpindah tangan, yang kemudian diberikannya kepada sang anak di gendongan. Sang anak dengan wajah ceria menerima dan kemudian memainkannya tanpa bermaksud memakannya, mungkin karena tidak tahu bagaimana cara membukanya atau memang dia hanya memainkannya. Sang kakak mendekatinya dan mencoba untuk meminta permen itu, tapi sang adik tak memberikannya dan karena kakaknya memaksa maka menangislah si kecil. Sebuah potret nuansa kehidupan manusia di kota metropolitan, sebuah foto yang jelas menggambarkan bagaimana beratnya mengarungi kehidupan ini.
Anak mungil yang tidak seharusnya berada tiap hari di jalanan yang penuh dengan kotoran kimia itu tanpa dapat menolak harus menjalaninya, dia harus bersahabat dengan semua kotoran, debu, motor, dan mobil serta orang-orang yang lewat di lampu merah itu, dia, tanpa pernah mengerti menghirup bulat-bulat semua hal yang disajikan di depan hidungnya, semua kotoran yang seharusnya dibuang oleh kuda-kuda besi itu harus dihirup dan dimasukkan ke paru-parunya yang kecil, harus dialirkan oleh darahnya ke semua sudut bagian tubuh mungilnya. Sebuah cerita sedih yang tak tahu kapan akan berakhir.
Sang kakak yang masih berusia 6 tahunan, yang juga tidak seharusnya menemaninya karena bukankah dia sudah cukup umur untuk masuk ke sebuah sekolah? Untuk duduk di bangku kecil dan mendengarkan semua pelajaran yang diberikan oleh sang guru? Bukankah dia sebaiknya bermain di sebuah tanah lapang yang cukup asri daripada harus bermain di pinggiran trotoar jalan? Bukankah dia layak untuk mendapatkan teman-teman yang lebih baik untuk bermain daripada bermain dengan orang-orang yang berumur jauh lebih tua darinya?
Dan sang ibu, yang menjadi sumber dari segala sumber ini semua, apakah patut disalahkan? Mungkinkah dia dapat meninggalkan kedua anaknya yang masih kecil-kecil itu di rumah, jika mereka mempunyai rumah, sendiri tanpa pengawasan? Mungkinkah dia akan berada di jalanan kalau dia mempunyai suami yang bisa memberikan nafkah bagi keluarga kecil itu? Mungkinkah dia akan “mengorbankan” masa depan anaknya dengan cara seperti itu? Ataukah dia seorang ibu yang malas yang hanya memikirkan jalan pintas untuk mendapatkan uang tanpa memikirkan nasib anak-anaknya? Ataukah dia memang tidak tahu bahwa semua yang dia lakukan itu merusak kehidupan masa depan anak-anaknya? Atau dia memang sudah putus asa dengan semua kemiskinan yang selalu menemani sepanjang kehidupannya?
Sebuah cerita kehidupan yang selalu berulang dan berulang, kapankah akan usai???…


Kisah Seorang Kakak Dan Adik.....

Sebuah Kisah untuk kita renungkan dan jadikan motivasiAku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku. Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis di sekelilingku kelihatannya membawanya, aku mencuri lima puluh sen dari laci ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu ditangannya. "Siapa yang mencuri uang itu?" Beliau bertanya. Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi Beliau mengatakan, "Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!" Dia mengangkat tongkat bambu itu tinggi-tinggi. Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, "Ayah, aku yang melakukannya!"

Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitu marahnya sehingga ia terus-menerus mencambukinya sampai Beliau kehabisan nafas.

Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi, "Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang? Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!" Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun. Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, "Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi."

Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11.

Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk ke sebuah universitas propinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus.Saya mendengarnya memberengut, "Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik... hasil yang begitu baik..." Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas, "Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?" Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata, "Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyak buku. " Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya. "Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya? Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!" Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak, dan berkata, "Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya; kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini."

Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas.Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku: "Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimimu uang." Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20. Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampaike tahun ketiga (di universitas).

Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan, "Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana! "Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya, "Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?" Dia menjawab, tersenyum, "Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu?" Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku. Aku menyapu debu-debu dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku, "Aku tidak perduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun juga!

Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu..." Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan, "Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu." Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis. Tahun itu, ia berusia 20. Aku 23.

Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana. Setelah pacarku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku. "Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!"

Tetapi katanya, sambil tersenyum, "Itu adalah adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu.." Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku. Aku mengoleskansedikit saleb pada lukanya dan mebalut lukanya. "Apakah itu sakit?" Aku menanyakannya. "Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak menghentikanku bekerja dan..." Ditengah kalimat itu ia berhenti. Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, dan air mata mengalir deras turun ke wajahku.

Tahun itu, adikku 23. Aku berusia 26.Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Banyak kali suamiku dan aku mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu harus mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga, mengatakan, "Kak, jagalah mertuamu aja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini." Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut.

Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi. Suatu hari, adikku di atas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel, ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit. Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu, "Mengapa kamu menolak menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?"

Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya. "Pikirkan kakak ipar--ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan dikirimkan?" Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yang sepatah-sepatah, "Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!""Mengapa membicarakan masa lalu?" Adikku menggenggam tanganku. Tahun itu, ia berusia 26 dan aku 29. Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya, "Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?" Tanpa bahkan berpikir ia menjawab, "Kakakku."

Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat. "Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada dusun yang berbeda. Setiap hari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah. Suatu hari, saya kehilangan satu dari sarung tanganku. Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu. Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sendoknya. Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya."

Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku. Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku, "Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku." Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan perayaan ini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai.

Bisakah kita memiliki jiwa besar seperti si adik yang seperti dalam cerita, ... tapi bagaimanapun, yang namanya Saudara patut kita jaga dan kita hormati, apakah itu seorang adik atau seorang kakak. Karena apa arti hidup kalau tidak bisa membahagiakan sodara dan keluarga kita.......

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites